Sehari Menjadi Putri
Pernah dengar istilah ‘Aku Benci Hari Senin’? Kalimat itu biasanya disebut dalam bahasa Inggris, tapi demi rasa kemanusiaan dan demi rasa cintaku pada bahasa negeri ini akhirnya aku budayakan kalimat itu dalam bahasa Indonesia.
Ada sejarahnya pasti, kenapa bisa benci hari senin. Aku juga engga ngerti. Pada intinya begini. Senin adalah permulaan hari setelah akhir pekan yaitu hari sabtu dan minggu. Dan memulai hari senin setelah berakhir pekan tidak mudah. Karena dari hari penuh hawa hura-hura (Siapa yang hura-hura? Elu kali?) dilanjutkan dengan hari penuh kerja keras dari awal minggu, jadi biasanya orang suka cape duluan.
Dan aku benci senin karena aku menjadi putri selama sehari itu. Eits, sebentar, aku bukan putri yang gimannnaaa… gitu. Karena memang namaku Putri. Kata mamaku dulu, aku dinamai Putri bukan tanpa sebab. Mama berdoa agar anaknya menjadi seorang putri. Yang teliti dan tidak serampangan. Tapi dong???
Engga benci-benci amat sih. Cuma senin itu adalah senin penuh warna seperti hari-hariku yang lain. Namanya juga Putri, hehehe.
Senin pagi tanggal 18 juni di tahun terakhirku mengejar gelar sarjana (amin, doakan saja…), aku dapat ajakan kencan via layanan pesan singkat dari sebuah nomor tidak dikenal. Jadi akhirnya aku cuekin deh. Ya iya lah. Kan di hari senin pagi itu aku ada ujian maha penting, menyangkut nyawa dan kehidupan selanjutnya (nah, karena namanya Putri jadi maaf-maaf aje yee kalo suka hiperbokis1 dan berlebih-lebihan). Sebenernya cuma ujian dari sebuah mata kuliah yaitu mata kuliah dari bagian kimia analitik)2 yang untuk kesekian kalinya aku ulang (betapa sulitnya mendapat gelar sarjana, huhuhu – nangis lebay ceritanya…) dan aku belajar baru H-3 jam sebelum ujian (Putri!!! Pantesan engga lulus lulus kuliah elu?!).
Ternyata setelah aku cek dan ricek, nomor tidak dikenal itu adalah nomor yang aku sangat kenal. Nomor mantan, mantan gebetan)3. Ngerti kan gebetan apaan? Yaah, kirain engga ngerti… Ya maabh… Selanjutnya mantan gebetan akan kita sebut arca.
Jadi arca ini udah naik status dari hanya orang yang aku suka jadi orang yang aku sayang. Kenapa bisa? Karena aku udah menjadikan dia sebagai teman. Ceritanya Sang Putri yang satu ini sedang belajar menjadi orang berbudi luhur nan agung. Selain arca, beberapa mantan yang lain (bukan mantan yang gimannaaa juga gitu… tapi mantan patah hati, mantan cinta lokasi, dan mantan brondong)4 akyuwh hauhauhau…huahahaha…) sudah aku naikkan statusnya menjadi teman. Karena akhirnya seorang Putri menyadari bahwa teman adalah anugrah terindah dalam hidup – selain anugrah-anugrah lain. Jadi aku harus menjaganya (huaaa, keren sekali bahasa kamu Put?!)
Di detik-detik terakhir ujian ada pesan masuk ke ponsel aku. Ternyata dari si Dindun, seorang teman yang sudah mendahuluiku, yaitu lulus dengan hina dari kampus kami tercinta. Dia bilang ada foto najez (dari kata najis, arti najez itu sendiri adalah engga banggets) di sebuah koran anu halaman 26. Jadi sepulang ujian aku langsung melesat ke kios koran depan gerbang kampusku. Untung belum sore, jadi masih ada koran. Memang benar, ada muka Dindun paling jelas terlihat di antara kerumunan orang di koran anu halaman 26, dalam sebuah foto acara Bursa Kerja X di Braga, Bandung. Aku langsung beli koran itu. Buat arsip.
Hari senin seorang Putri belum berakhir. Sore hari nan cerah aku jalan-jalan sore ke Anjungan Tunai Mandiri (selanjutnya disebut ATM) sambil foto-foto dengan dua orang temanku Dinyo dan Liliput. Iya lah, aku kan cewe banci – banci foto maksudnya. Untungnya tidak ngantri. Tapi… kartu ATM aku tidak terbawa. Rupanya tertinggal di tas karena itu kartu aku pakai waktu ujian tadi pagi sebagai ganti penggaris (Ya ampun kelakuan seorang Putri? Engga punya alat tulis lengkap? Ck ck ck…). Karena aku seorang Putri, jadi aku tidak mengomel karena tidak jadi mengambil uang tunai yang diakibatkan kecerobohanku sendiri.
Dari ATM, kami pergi ke sebuah tempat perbelanjaan. Dinyo mau belanja wortel dan Liliput mau belanja persediaan makanan. Aku malas belanja karena engga ada uang. Sesudah belanja kami masih berkeliling melihat-lihat kira-kira apalagi yang bisa di beli.
Di sinilah kecerobohan seorang Putri berlanjut. Sambil lihat-lihat celana bego (aku bilang celana bego karena warnanya lucu dan motifnya kotak-kotak gede) aku mengeluarkan dompetku dari saku celana belakang dan dompet itu aku jepit di antara lengan dan ketiak (bahasa sederhananya, itu dompet aku ketekin).
Aku cuma ingat bahwa sambil naik tangga berjalan, aku ingin beli martabak telur buat dimakan beramai-ramai sambil main kartu. Akhirnya aku menyadari satu hal!
Hah! Celaka! Ketek gue?! Aku meraba-raba bokong, eh belakang celana. Rata! (padahal kata teman-temanku aku memiliki bokong yang lumayan seksi, jadi kalo aku bilang bokongku mendadak rata, itu mustahil banget, wakakak! ?)
AKHIRNYA…! Lengkaplah hari seorang Putri. Dompetku hilang dong!
Menurut kata seorang bijak, suatu kesialan belum tentu tidak beruntung, dan sebaliknya. Sialnya aku lupa bawa kartu ATM, tapi untung juga karena aku tidak menduga dompetku bakal hilang.
Hanya ada KTP, kartu nama beberapa relasi, selembar uang dua puluh ribu rupiah, dan foto. Aku yakin fotoku dan seorang temanku (yang sudah naik status jadi selebriti hina) membawa sial. Jadilah dompetku hilang. Hehehe, maaf teman. Oia, si teman yang fotonya aku yakini bawa sial ini bernama Dino Milano (maaf ya, nama panggung kamu aku sebutkan tapi aku tidak perlu bayar royalti kan teman…).
Tiba-tiba lagi, Dindun mengirimiku pesan pendek. Kurang lebih bunyinya seperti ini, “Pu, gue abis nonton ama si ade. Kok ceritanya mengingatkan pada si anu dan tuan anu. Juga kita berdua, dua orang cewe gatel dan pasangan gay. TIDAAAK!!!”
Gimana engga gatel. Selama jadi mahasiswa, aku dan Dindun kan suka ketombean. Hehehe, engga nyambung. Begitulah. Dindun suka ke si anu, temanku. Dan si anu dekat dengan tuan-anu. Kata temanku si nona-ganteng (yang memang mengakui dirinya seorang homoseksual), tuan anu adalah mantan temannya yang juga cowo! Meskipun demikian, aku dan Dindun berharap asas praduga kami tak bersalah. Dan kami rela bunuh-bunuhan demi si anu.
Bagian yang “rela bunuh-bunuhan” itu sebenarnya adalah bagian dari misi menyelamatkan seorang teman. Iya, kami ingin menyelamatkan si anu, temanku yang juga teman Dindun.
Ya ampun?! Dalam waktu kurang dari 24 jam, sudah ada berapa banyak peristiwa dalam hidup seorang Putri?!
Masih belum selesai rupanya. Arca mengirimiku pesan pendek untuk mengatakan bahwa dia sudah ada di Jakarta dan bersiap untuk ke Sulawesi. Dan dia baru akan ke bandung lagi bulan depan. Kurang lebih bunyi akhir dari pesan pendeknya itu begini “Padahal kemarin tuh aku mau ajak kamu kencan loh, kamu-nya enggga mau, balas dendem ya, he…”. Jadi aku balas dengan bercerita tentang tragedi dompet, tapi tanpa ketek dan bokong. Aku bilang padanya aku cape bikin KTP terus tiap tahun. Yang artinya betapa ceroboh seorang Putri!!! Aku juga bilang semoga ajakan kencan dia belum kadaluwarsa sampai bulan depan. Hwakakak ?..
Dan sampai di sanalah akhir kisahku. Dalam tempo kurang dari 24 jam di hari senin ceria, aku kehilangan KTP dengan sebab yang engga banged. Menjadi seorang Putri sehari, rasanya kok kayak seabad. Panjang ceritanya dan berakhir dengan tragis.
Tapi aku tidak mau membenci hari senin. Pada dasarnya setiap hari itu kan baik. Itu sih aku-nya aja ceroboh!!!
Semoga hari selasa esok dan seterusnya aku menjadi Putri yang Teliti dan Berhati-hati. Dukung aku yaa teman-teman…
Amin.
Catatan penulis:
)1 bokis = bohong
)2 mata kuliah ini ada di jurusan Kimia fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam sebuah universitas negeri yang punya dua kampus, Bandung dan Jatinangor
)3 gebetan = ??? aduh, maaf. udah bukan ABG lagi nih, jadi udah engga ngerti cara mendefinisikannya. hehehe…
)4 brondong = karena aku cewe yang suka sama cowo yang lebih muda dan istilah yang lazim berlaku untuk menyebut cowo yang lebih muda itu brondong (aslinya brondong adalah hasil olah biji jagung yang dimasak di panci panas atau oven menjadi cemilan berkalori tinggi), padahal cuma lebih muda dia 5 bulan dari aku lho. coba aja itung dari juli (bulan lahirku) ke desember (bulan lahir si brondong)
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home