Thursday 17 May 2007

Rahasia

Rahasia mahal harganya. Kenapa? Karena tidak semua orang bisa mendapatkan rahasia itu. Sesuatu menjadi rahasia jika tidak semua orang mendapatkannya. Bahkan seperti banyak ditayangkan di film-film entah itu, betapa banyak pengorbanan dilakukan demi mendapatkan sebuah rahasia. Begitu banyak uang berputar dalam sebuah rahasia. Bau uang menyeruak dari sebuah rahasia, menggugah selera. Begitu banyak darah mengalir dari sebuah rahasia. Amisnya tercium hingga ujung semesta. Rahasia begitu penting. Bukan hanya pengorbanan, tetapi juga sebuah ajang pertaruhan.

Terkadang, orang suka ingin dianggap penting. Terlebih jika mereka memiliki sebuah rahasia. Mereka ingin membagi rahasia itu. Karena mereka ingin terlihat penting. Mereka ingin terdengar penting. Mereka ingin dianggap penting.

Rahasia adalah hal penting. Tetapi bisa juga menjadi tidak penting. Ini dapat terjadi jika rahasia jatuh ke tangan yang tepat. Yaitu ketika rahasia itu sampai pada sebuah tempat akhirnya. Karena rahasia pun bisa menjadi sebuah sampah. Yang harus dibuang. Dan sampah rahasia itu seperti sampah-sampah lain, pada akhirnya sampai ke TPA alias Tempat Pembuangan Akhir.

Jika untuk beberapa sampah – seperti jenis-jenis sampah anorganik dan lain sebagainya – kadangkala bisa didaur ulang, tidak demikian halnya dengan rahasia. Daur ulang tidak berlaku untuk sampah rahasia. Jika itu sampai terjadi, maka akan berubah menjadi gosip.

Gosip bukanlah rahasia. Rahasia bisa menjadi gosip jika diketahui umum. Tetapi gosip takkan menjadi sebuah rahasia. Kecuali rahasia bahwa hal tersebut pernah menjadi gosip.

Kalau ada sesuatu hal yang menjadi rahasia, kenapa juga harus diceritakan. Inilah bodohnya manusia barangkali? Atau mungkin, sudah kodrat alami manusia sebagai makhluk sosial yang ingin berbagi.

Berbagi sebuah rahasia. Berbagi sebuah dosa. Rahasia terjadi karena apa yang dilakukan bertentangan dengan sekitarnya. Salah atau pun benar, entah siapa yang dapat menilai dengan subjektif dan tanpa menghakimi.

Para penegak hukum dianjurkan untuk bertindak berdasarkan pada prinsip asaz praduga tak bersalah. Para penjahat yang bekerja mencari rahasia menerapkan prinsip asaz praduga menuju gosip)1. Gosip bukan fakta atau pun opini. Gosip ada di area abu-abu kalau begitu. Dan rahasia tak memiliki warna, bahkan cenderung tak kasat mata. Agar orang tidak tergoda untuk ikut mengurusi rahasia tersebut.

“Tau engga sih lo?” adalah kalimat standar pembuka dalam sesi gosip. Dan sebuah rahasia pun kehilangan makna dan kekuatannya. Karena rahasia itu tidak lagi menjadi ekslusif, tidak lagi menjadi penting. Namun, juga bukan sampah. Rahasia yang berubah menjadi gosip bisa menjadi lebih berbahaya lagi!

Aku punya rahasia. Lebih dari satu rahasia. Aku punya banyak rahasia. Apakah ada yang akan percaya?

Aku punya rahasia tentang teman-temanku. Banyak rahasia. Ada kasus alkoholik yang ingin berubah. Ada juga yang hamil di luar nikah. Perebutan cinta – seperti biasa kisah tentang dilema cinta segitiga – tetapi yang bikin aneh adalah yang seorang berpikir bahwa temannya merebut sang dambaan hati padahal yang terjadi adalah orang lain yang mengaku sebagai kakak angkatnyalah yang terjerat oleh pesona orang yang diperebutkan ini. Kisah tentang dosen busuk pun ada. Kisah tentang mereka yang berubah pandangan hidup, dari seorang yang berorientasi heteroseksual sampai menjadi seorang gay. Kenyataan seorang teman yang ternyata memang sudah lama mengidap penyakit, menjadi homoseksual. Dia sendiri mengakui bahwa dia sakit, yang artinya dia adalah gay. Dan sebuah cerita tentang dosen homoseksual yang ternyata mencoba menggoda mahasiswanya. Apa lagi ya?

Rahasia temanku yang dengan bangganya pernah berciuman dan banyak pengalaman, serta suka tebar pesona. Terus kenapa. Temanku yang memang benar jual diri. Siapa peduli. Temanku yang jomblo. Oh, so... Temanku yang homo. Oh, no...

Aku sendiri pernah punya rahasia. Ketika aku sedang mengalami cinta. Kemudian aku malah jadi menderita. Aku tak ada siapa-siapa. Siapa-siapa untuk berbagi dosa. Ketika aku ingin berbagi rahasia. Dan kini semua cerita itu bagiku hanya menjadi sebuah sejarah pada akhirnya. Dan kini semua cerita itu hanyalah fosil saja.

Mungkin rahasiaku pun terbongkar? Persetan. Peduli setan!

Kelemahanku adalah aku begitu bodoh dalam berkata.

Ketika aku ingin bercerita, tak ada yang mendengar. Mereka bilang mereka tidak mengerti apa yang kukatakan. Mereka tidak mengerti bahasaku, lisan atau pun tulisan. Mereka tidak mengerti itu semua bukan sembarang cerita. Hah?! Mereka tidak ingin mendapatkan sebuah rahasia rupanya?! Emangnya gue makhluk planet Mars apa?!

Terkadang aku menjadi begitu lelah. Dengan mereka semua yang berkeluh kesah. Tetapi itu semua karena mereka merasa tak sanggup dan ingin membuang semua sampah rahasia dalam dirinya. Dan akhirnya akulah orangnya. Aku adalah tempat sampahnya.

Kenapa mesti gue sih?! Aku tidak merasa bangga memiliki rahasia.

Aku sebenaranya suka mendapatkan rahasia. Walau kadang muak juga, jika rahasia itu ternyata rahasia yang sama dengan yang kudapatkan sebelumnya. Basi, tau nggak sih?!
Tapi apa mau dikata. Ternyata mereka semua suka saja bercerita kepadaku. Aku akhirnya menyerah kalah. Aku rela menjadi tempat sampah.

Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang. Mungkin aku akan mati dengan membawa segala rahasia itu.

Rahasia? Ah, sudahlah...

Jangan katakan pada siapapun bahwa aku telah bercerita tentang rahasia ya?


Herlinda Putri
Kimia UNPAD

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home