Wednesday 17 September 2008

Tentang Sekolah dan Pendidikan

Akhirnya saya nengok Dunia Putri lagi setelah sibuk bekerja dan berkarya. Bheu, bahasanya keren betul.
Dan, saya benar-benar engga habis pikir dengan sistem pendidikan di almamater sekolah saya waktu SMP.
Di manakah itu? Di sebuah kota kecil bernama Cirebon, di jalan Siliwangi, nomer berapa y? Lupa.
Anak SMP kelas satu udah belajar di kelas internasional aja?
Lu pikir? Bahasa Indonesia aja masi kagak gablek, lhah die lagi belajar pake bahasa orang?
Ternyata, konon kabarnya local language alias bahasa daerah ditiadakan untuk para murid kelas internasional.
Saya sekolah di sana pada rentang waktu 1996-1999, dan ada dua bahasa daerah yang saya pelajari - Bahasa Cirebon dan Bahasa Sunda.
Ibu saya - sang Nyonya Besar yang fatwanya adalah selalu benar meskipun kadangkala NGACO dan rekan berdebat saya tiada duanya di rumah - berkata,
"Adalah wajar jika sebuah paksaan dilakukan untuk pendidikan"
Nyonya, biar gimana namanya paksaan tetaplah paksaan! Meski untuk sebuah alasan baik.
Murid seumuran SMP kelas 1 sudah dibuat untuk belajar dengan bahasa orang lain, tiada bahasa lokal lagi dipelajari.
Untung saya tidak ada pada posisi itu sekarang. Bisa gila, gue!
Nah, yang lebih ngaco adalah sistem pendidikan itu sendiri. Kenapa mesti belajar banyak pelajaran sekaligus termasuk di kuliah yang katanya bisa milih tetep aja gua kagak bisa milih.
Lhoh? Jadi curcol curhat colongan ya Bu?
Iya lah. Ada salah seorang wali murid Nyonya Besar yang berkata - pelajaran paling penting adalah Sains, Matematika, dan Bahasa Inggris.
Anjir, bunuh aja gue! Itu kan kata elu.
Lhah, sekarang ENGGA usah PROTES DONG kalo ternyata banyak budaya negara ini diklaim oleh negara lain.
Itu berita heboh batik, lagu rasa sayange, sampe kemarin di berita baris ada lagi - Perak Bali diklaim negara lain.
Karena apa? Anak Muda negara ini sibuk ngurusin hal-hal penting semacam Sains, Matematika, dan Bahasa Inggris.
Ya memang, saya suka fisika dan berkeinginan untuk belajar bahasa Jerman (cuma belum ada duit nih!).
Tapi bukan berarti saya tidak menganggap bidang lain tidak penting.
Kenapa sih di negara ini pelajaran yang harus dipelajari di jenjang pendidikan SD, SLTP, dan SLTA begitu banyak.
Bayangkan!!! Mereka harus belajar Sejarah, geografi, biologi, kimia, agama, dan masih banyak lagi.
Kasihan betul anak-anak. Kelak ketika dewasa, mereka akan merasa ada yang telah hilang. Masa kanak-kanak mereka. Masa ketika RASA INGIN TAHU begitu banyak dan justru terbungkam karena mereka harus sekolah.
seperti kata si BAIK
'aku baca di buku bahwa sistem sekolah memiliki sebuah anekdot:
orang-orang masuk sekolah dengan tanda tanya dan keluar dengan tanda titik'

Banget. Apalagi dengan sentimen pribadi bahwa saya termasuk orang yang korslet karena kelamaan sekolah. bayangkan, 23 tahun sodara-sodara. Dan usia saya baru juga 23 tahun.
Ini pernah saya bahas sebelumnya.
Apalagi jika ternyata, semua PAKSAAN terhadap anak-anak untuk tujuan mulia itu berlatar-belakang ambisi orangtua untuk memamerkan anak-anak mereka.
Sudahlah, semakin ngaco kata-kata saya. Semakin nyata terlihat sentimen pribadi saya terhadap kata SEKOLAH.
Dan saya mengamini bahwa Sekolah itu CANDU, yang apa bedanya dengan candu-candu lain yang sama-sama memabukkan dan bikin ketagihan.
Anda bisa buka link di judulnya untuk membaca resensi saya terhadap Buku Sekolah Itu Candu.
Saya akan lebih merapikan dan merunut isi kepala saya dan kembali bekerja dan berkarya.
Apakah itu? MENYUARAKAN NURANI saya sebagai MANUSIA.

2 Comments:

Anonymous Anonymous said...

mungkin ini gak ada hubungannya dg postingan elo, tapi gw sendiri pernah 'dipaksa' sekolah di jurusan yg gw enggak gitu suka. tapi...yaaa..gw jalanin aja. hasilnya sih not bad. Tapi, kalo aja gw punya keberanian, maunya sih memberontak ya. he he he..
sutralah, itu masa lalu.
Btw, salam kenal ya.

10/11/2008 3:43 pm  
Blogger duniaputri said...

salam kenal juga...

10/19/2008 8:01 pm  

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home