Monday 27 October 2008

Penyakit Malam

Selain bikin masuk angin, malam menibulkan efek lebay dan mistis.
Teori aneh memang.
Adalah si mams-germo, sahabat perempuan terbaik yang saya miliki (di antara sahabat2 lain yang beleceran di pelosok negara) yang berkata:
"Yah, spt biasa. kegelisahan munculnya malem doang."
Lepas dengan segala pro dan kontra dari berbagai kalangan tentang obssesi seorang saya menjadi seniman, seniman kata tepatnya karena saya tidak bisa berkarya seni semacam melukis atau menari, saya termasuk golongan yang rentan penyakit malam.
Berbagai perasaan bisa muncul dan teraduk-aduk seperti telur dadar di malam hari.
Itulah penyakit malam saya.
Berbeda dengan si BAIK (lelaki yang menimbulkan perasaan cinta saya, heuleuh lebay...).
Penyakit malam doi adalah masuk angin, mungkin...
Dan maha karya ini pun termasuk salah satu obat untuk penyakit malam saya, menghadapi perasaan yang campur aduk kayak es campur.
Beberapa kolega berkata bahwa saya layak menjadi generasi penerus Djenar.
Namun ada juga yang mempertanyakan kewarasan saya, misalnya Bobbhie the statistic boy.
Tentunya, seperti yang saya pernah katakan entah di mana, bahwa saya tidak semata copy-cat ingin jadi Djenar.
Saya punya rasa saya sendiri, perpaduan Djenar dan macam-macam rasa termasuk Rendra.
Sialnya, saya sampai saat ini masih belum kompeten atau mungkin sukses, menembus industri - dalam hal ini penerbitan.
Akhirnya, saya saat ini hanya seniman miskin dan berkarya serampangan (dengan hasil karya yang semoga tidak serampangan).
Serampangan di sini, saya memutuskan menggunakan media internet (blog, fotoblog, termasuk buka belajar bahasa inggris online dan mengumpulkan bahan buku esay saya jika memungkinkan) untuk menjajal kemampuan saya dalam berkarya seni.
Anda bisa menekan link di tiap opsi yang saya sebutkan di atas.
Di sisi lain, kedua orangtua saya yang selalu berpegang teguh bahwa IPA adalah ilmu terbaik sepanjang masa dan sebaliknya dengan ilmu sosial (termasuk di dalamnya kesenian) memandang obsesi saya sebagai pemikiran sementara darah muda.
Ketika saya bilang bahwa saya ingin di KTP saya tertulis SENIMAN di bagian pekerjaan, kedua orangtua langsung menyanggah:
"Engga ada pekerjaan seniman! Udahlah, tulis aja wiraswasta."
KTP baru dengan tulisan di bagian pekerjaan yang saya idamkan belum jadi.
Alasannya karena kertas kerja (saya lupa apa istilahnya) belum ada.
Menunggulah saya sampai bulan depan (november, karena karya ini dibuat pada bulan oktober 2008).
Kembali pada penyakit malam.
Menjadi seniman adalah pilihan yang saya ingin pilih, karena saya yakin ini adalah obat mujarab untuk penyakit malam saya.
Daripada saya engga bisa tidur dan engga berkarya pula?
Wah, ke laut aja deh lu.
Adalah BAIK yang pernah SMS saya begini "A person who have a choiche is a responsible person. And I think our life depend on what we choose."
Wah, gimana saya engga merasakan jatuh cinta pada kalimat yang membangkitkan semangat hidup begitu? Meskipun Inggris doi tampaknya agak belepotan - tanpa bermaksud mengatakan bahwa saya gape ama bahasa orang.
Jatuh cinta yang absurd, mungkin termasuk bagian dari penyakit malam. Hahaha!
Berbeda halnya ketika Anda menghabiskan malam di dugem atau tempat meriah lain.
Penyakit malam yang mungkin timbul ya seperti yang dialami BAIK (doi bukan sakit karena dugem kok, mungkin...mungkin, lhoh ya! hahaha).
Apapun penyakit malam yang mungkin dialami orang-orang, akan selalu ada obat untuk setiap penyakit.
Namun, apakah obat itu sudah ditemukan atau tidak, itu baru masalahnya.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home