Monday 7 June 2021

Malam Ini Kita Merumput Saja

(hari enam #IbadahMenulis sepanjang Juni 2021)

 

“Ada yang jatuh, tetapi bukan hujan.” gumam sesosok pengunjung di sudut kafe.

Terdengar oleh si pelayan, lagi, saat membawakan asbak baru yang masih kosong. Dan masih bersih, tentu saja.

Kebetulan yang bukan kebetulan, hujan memang sudah mulai hadir. Walau, masih sebatas gerimis.

Memang dampak pemanasan global ini nyata adanya. Hujan di bulan Juni kini tak lagi mustahil.

Masih ada yang belum beranjak dari romantisme masa lalu?

Selamat, yha~

Si pengunjung yang tadi bergumam, menengadah, kemudian telapak tangan kanannya bergerak menyambut tetesan gerimis.

Pengunjung yang memancarkan aura menarik ini, membuat penasaran si pelayan.

Mungkin karena sebelumnya ada gumaman lain, yang sempat membuat si pelayan tersebut takjub.

“… literasi pakai nasi, bonus basa-basi…”

Si pelayan terlihat penasaran. Dia mencoba tersenyum, walau sebenarnya menahan tawa, walau hasilnya hanya bagaikan tersenyum pada dinding yang diam bergeming.

Ya jelas saja.

Pengunjung itu terlihat sedemikian khusyuk termenung.

Seolah dunia di sekitarnya menghilang.

Apa tadi? Pakai nasi. Sungguh kerakyatan sekali.

Demikian si pelayan mesem sendirian.

Si pelayan beringsut, hingga akhirnya mendamparkan diri di pojok kafe tempat biasa para kru, staf, pun handai taulan bertengger. Semacam beskem orang dalam. Halakh.

Apa yang dilamunkannya, entahlah.

Masih, si pelayan asyik memantau.

Diam-diam, ada seseorang yang datang mengendap-endap dari arah belakang.

Apakah itu pacarnya?

Kala si pengunjung yang tampak asyik merenung usai menyalakan sebatang rokok, dia yang tadi datang dari balik punggung si pengunjung menyambar rokok tersebut.

Terlihat mereka berdua, asyik bercengkerama.

Setidaknya, itulah yang terlihat oleh si pelayan.

Gerimis yang tadi terasa malu-malu mulai berubah menjadi hujan. Tidak deras, tetapi cukup membuat basah bagi siapa saja yang bersikeras menerjang.

Perlahan kafe itu mulai didatangi pengunjung-pengunjung lain.

Suasana live-music akustikan turut memeriahkan suasana, sekaligus menghangatkan hawa sejuk menjurus dingin berkat sang hujan.

Waktu berlalu bagai angin sepoi manja.

Sampai suara telepon menyela rehat sejenak  si pelayan ini, yang untuk kesekian kalinya.

“Si Bapak jadi mau nikah lagi, lho. Barusan si Tante itu datang ke rumah, berbasa-basi.”

Ucapan di seberang sana menghalau sensasi riuh-rendah yang menenangkan di kafe.

Ngapain sih, ini kakek tua bangka pakai nikah lagi segala. Sialan betul. Hobi kok koleksi istri.

Kesal.

 

(neto: 350 kata)

Provini Bigot Jawa Barat,

6 Juni 2021

Labels: , ,

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home