Sebab Yang Diperlukan Hanyalah Sedikit Perhatian
hari dua puluh sembilan
Akhirnya kuputuskan untuk kirim balasan pesan padanya, lagi.
"Jangan mati cepet2 yha. Nanti ngurang lagi orang yang bisa diajak ngobrol. Mosok aku harus ngobrol lagi ama pot kembang."
Masih belum ada balasan.
Namun rupanya ada balasan darinya saat aku tertidur.
"Nanti kalo kamu matik cepet gimana? Kan kita belum jadi makan jamur."
Aku tersenyum melihat pesan itu.
Segera kubalas lagi dia.
"Oia, yah! Aku baru ingat bahwa aku nggak immortal."
Dan pagi itu terasa lebih menyenangkan dari biasanya. Aku siap kembali menembus hiruk-pikuk belantara manusia ke tempat kerja dan di tempat kerja.
=== Dekat Pohon Mangga,
di pergantian tanggal 29 ke 30 Juni, 2020 ===
Akhirnya kuputuskan untuk kirim balasan pesan padanya, lagi.
"Jangan mati cepet2 yha. Nanti ngurang lagi orang yang bisa diajak ngobrol. Mosok aku harus ngobrol lagi ama pot kembang."
Masih belum ada balasan.
Namun rupanya ada balasan darinya saat aku tertidur.
"Nanti kalo kamu matik cepet gimana? Kan kita belum jadi makan jamur."
Aku tersenyum melihat pesan itu.
Segera kubalas lagi dia.
"Oia, yah! Aku baru ingat bahwa aku nggak immortal."
Dan pagi itu terasa lebih menyenangkan dari biasanya. Aku siap kembali menembus hiruk-pikuk belantara manusia ke tempat kerja dan di tempat kerja.
=== Dekat Pohon Mangga,
di pergantian tanggal 29 ke 30 Juni, 2020 ===
Labels: cerita, cerita super pendek, eksperimental, MenulisDiBulanJuni
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home