Monday 2 February 2009

Menjalani Hidup tanpa Menjadi Zombie

Entah tangan mana yang menuntun telunjuk gua untuk meng-klik si tikus (kan ceriteranyah gua sangat nasionalis, sampe-sampe mouse ajah dibilang tikus!). Nah, lupakanlah siapa si tangan mistis itu. Kita eh gua tidak akan bicara hal-hal berbau reliji atau semacamnya. Keknyah gua sedang getol-getolnya ama filsafat eksistensialisme. Hueee, gaya beuud. Kemudian, sampailah gua ke mblog-nyah si mam-germo. Mengenang Romantisme Masa Lalu. Lantas menjelajah ke si Babu. Dan menemukan kenyataan bahwa si Babu ud kembali berblog ria.

Nah, ada apa gerangan? Dari jelajah-nusantara ke mblog si Babu, gua menemukan pencerahan batin. Ini dia kalimahnya : (sengaja bo, gua tidak menyertakan link mblog doi - sebab dua alasan. pertama : doi akan keGe-eRan disangkanya ada yang nguntit dia. yang kedua, pan seperti biasa semua tokoh yang masuk ke mblog gua mesti menggunakan nama samaran demi mencegah terbongkarnya kasus, apapun...heuleuh, jiga EM nu di Jems Bon wae euy)

apa yang gue dapet hari ini:

* mind power adalah segalanya: bahkan kecepatan turunnya salju bisa dimanipulasi, dari romantic snowfall mpe storm

* nikmati apa yang dimiliki, jangan menggunakan apa yang dimiliki orang lain sebagai tolok ukur. setiap orang bisa mencapai kebahagiaan, dengan banyak variasi aneka gaya...

* ternyata salju itu bukanlah sesuatu yang selalu menyenangkan (kembali ke main power) - awas hipotermi, dan kepleset (licin bo!)

Begitulah, betapa pernyataan penting dari mblog si Babu menggugah kesadaran pribadi. Bahwa benarlah apa yang dikatakan mams-germo, jangan jadi zombie. ngapain cape-cape jadi sarjana. hehe. Semacam itulah kiranya. Lantas petualangan menjejak di lapak si Ridwan yang konon kabarnya kondang dengan sebutan biwir (bibir dalam basa Sunda, red.). Nah, di sini nemu lagih pencerahan batin baru. Yah, terasa mengingat kembali tekat bulat euforia setelah membaca Sang Alkemis meski setelah dipikir-pikir itulah gunanya mulut-mulut para motivator yah, mencegah manusia-manusia hampa bunuh diri atau membunuh orang lain. Huh, skeptis benar. Maka, gua memutuskan kembali mengingat mimpi gua. Merapalnya, serupa mantra. Tidak membuat resolusi apapun di tahun 2009 ini sebab gua masih mengusung mimpi lawas gua. Bukan karung beban derita duka nestapa lhoh ya, hanya impian yang tertunda yang kubawa serta dari tahun kemarin.

Akan mengarah ke manakah kisah ini? Ternyata kembali ke mblog si Babu pemirso. Sebab, mblog si germo meski eksis tapi isina mbikin hayang utah - utah teh muntah. Kusabab, eusina sarius teuing. Tungtungna urang lieurrr. Nyaho luh yang pada gak paham gua ngemeng apa, hahak...

Di mblog si Babu ada sebuah berita bahwasanya belio akan melakukan kunjungan kenegaraan kelak di bulan maret. Doi sekarang ini sedang menyelesaikan studi bilologinya di Europe sonoh. Maka tentu saja kunjungan kenegaraan yang dimaksud adalah ke Indonesia Raya.

Dannn, rupanya mataku tertuju pada satu kata : Kuriling edisi Maret-Agustus adalah Yogya-Bali. Mampus,,, sumpah mampus gua mau. Hehek, ntuh mah satu kalimah nya? Yah, kata yang menunjukkan lokasi tempat itulah sebenarnya si daya pikat terletak (kok susunan kalimah gua makin amburadul yah? gpp lah, namanya juga mblog - speak-speak babi alias ngoceh babai). Bali. Yogya.

Mari kita lakukan sedikit telaah sosiologis dan psikis. Dimulai dari Bali. Diakhiri dengan Yogya. Kalo sepulau jawa mah nanti lagih, beda kisah dan sejarah lah.

Bali. Adalah sebuah obsesi untuk mendeklarasikan sumpah saya sebagai seniman (teuteup yaa bu...). Padahal niatnya hanya pingin menjadi seniman yang hidup di Bali. Eh, gara-gara Jeung Kodok gua malah mao berucap sumpah setia pula. Bheu...

Bagaimana dengan Yogya? Yah, awalnya teringat akan beberapa teman kos Mow-mow n kawan2nya pada mlipir ke Yogya ajah gitu tanpa gue. Emang lu sapa, nyet? Hueheheh. Kemudian mereka pepotoan pemirso. Tuh kan, emang paling bener yang bikin gua sirik mampus tuh kerna sesi pemotretannya ntuh!

Udah ajah, gitu doang? Haha, ini dia yang paling menyebalkan. Permainan hormon penyebab sesuatu istilah bernama keren n british : chemistry. As you know, kalo gak tau maka gua kasitau sekarang. i dislike chemistry in any terms. trust me, baby... Setidaknya, kosa asing ntuh lebih elegan dibandingkan : gue jatuh cintronk.

Eh,,, akhirnya gua ngaku juga nih sekarang. Jadi, ceritanya gua punya lelaki baru (emang lelaki lama ada Pyut?). Nah, awalnya becanda cindi eh gue malah mengamini dan meyakini bahwa dia serupa si mams-germo versi lelaki. Dan doi hidup d Djokdja pada saat ini. Rupanya, doi ud punya pacar cing. Haha, gua sih ogah jadi Mayang Sari. Tapi, gua tak kuasa menolak keinginan untuk menjumpai dia di markasnya nun di Djokdja sonoh.

Dengan ini, gua namai dia lelaki-senja. Bukan berarti dia ud aki-aki lhoh ya...

Entahlah. Semacam ada perasaan ajaib. Bukan, bukan cinta. Yang lebih cerdas dikit dunkz.

Gini lhoh. Gua bisa menemukan Lelaki-Senja karena gue awalnya menjelajah lelakiBAIK. Menguliti dia. Dan dongonya, gua malah menemukan bahwa Lelaki-Senja serupa si mams. Sekedar ingpoh, jika diibaratkan : mams sebanding kekasih di kepala (sumpee cing, gua bukan lines...) dan lelakiBAIK adalah sumbernapasku. Meski gua nyatanya tetap bernapas meski dia tidak di sebelah gua. Sebab gua napas mah pake oksigen yang mengalir via hidung ke paru-paru.

Jadi, apa esensi curhatan ini? Semacam kenyataan bahwa, tidak pernah ada kebetulan yang murni di kehidupan ini. Jika memang gua mesti salah, dengan menelesuri kepenasaran gua, akan ketidakbetulan yang suka bertopeng kebetulan, gua terima deh. Daripada hidup gua jadi zombie.

Ah, susah betul manusia mao hidup. Seperti yang gua bilang ke si mams. Penyakit manusia modern dan yang konon, terkini, canggih, global, dan atau dengan segala riwayat pendidikan dan kehebatan, hanya ada dua :
  1. penyakit canggih macam di RS RS keren beken - jantung, paru, usus, apa ajah deh. yang kira-kira biayanya mahal.
  2. penyakit psikis alias sakit jiwa.
Dan secara gua ama si mams, tidak menderita penyakit poin pertama, maka bisa diduga penyakit apa yang kami seharusnya derita?

Mams sampe saat ini adalah sparring partner yang mumpuni. Itu kata eh istilah mengutip pernyataan dia. Lelaki Senja, bagi gue ud serupa si Mams. Dan ndilalahnya doi cowo bo. Secara akyu khan lemah pada lelaki. Halakh...

Seperti biasa, ra ha si a. Semua tokoh jika tidak kepept banget pastilah dirahasiakan identitasnya demi keselamatan dan kemashlahatan umat. Heuleuh...

Maka, kesan dan pesan dari mblog ini adalah. Ah, ternyata gua masih idup. Syukur? Sebentar, itu kata yang aneh dan janggal. Kan kesadaran bahwa gua masi idup ini hanya sebagai pernyataan bahwa gua bukan Zombie. Gua hidup, bernapas, dan berpikir.

Ah, jadi teringat. Bahwa beberapa teman (memutuskan) memakai baju agama : agnostik. Nih tulisan kalo dipanjangin bisa bikin gila baik yang nulis atau yang baca.

Ajahib. Ini benar-benar ajahib.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home