Wednesday 4 February 2009

Tentang Menulis(ku)

Entahlah. Begitu saya memutuskan akan membaptis diri di dunia kata menjadi seniman kata - mohon maap pada para pemakai Baju Agama Kristiani, saya pinjam istilah baptis - banyak yang pada gencar bertanya, sudah sejauh mana kompetensi saya dalam dunia tulis menulis. Bisa jadi hal itu membanggakan, tapi anehnya tidak bagi saya. Saya merasa seolah dilecehkan.

Tanpa tendensi (sok) merendah, padahal berniat meninggikan mutu, saya memutuskan mengeluarkan jawaban paling beres yang bisa saya katakan : Mendingan ajah, deh. Daripada nyoret-nyoret tembok. Begitu saya biasa berucap.

Namun, saya juga bercerita pada beberapa sahabat dan orang-orang dekat sepak-terjang saya. Semacam, bertukar-kabar lah... Bertukar-kabar, adalah pilihan kata yang menunjukkan intektualitas lebih luhur ketimbang curhat. Hehe, jayus bangeud yak? Tau jayus gak? Garink, alias mbosenin...

Setelah dipikir-pikir (kembali menjadi sok penting dan cerdas dengan berpikir), selalu ada yang lebih hebat dari yang terhebat. Apalah guna berbangga diri, di depan mereka yang bukan ada di bidangnya. Sebab, seperti pernah diucapkan seorang adik saya (my brother from anothermotherfather - huehehe, serius lhoh. Adek Andi, pha khabar?) : "Persaingan tidak akan pernah ada secara ideal, sebab tiap orang mestinya akan mengerahkan kemampuan mereka masing-masing, dan akan berbeda hasilnya meski sama entah latar-belakang entah tujuan entah modal dasar". (eh, Dek? bener gak sih ini yang lu omongin waktu ntuh? ah, semacam ini lah yaa?...)

Sungguh tolol, jika saya bersaing kisah menulis dengan rekan bicara yang sukanya menggambar. Jika sudah begitu, alangkah lebih baik jika bertukar kabar dan jika memang saya benar-benar ingin tau aktipitas dia dan menggambarnya, maka saya akan dengarkan dengan sepenuh hati.

Jadi teringat, entah kenapa saya begitu ngotot pingin kenalan dengan seorang yang pernah atau sedang kuliah di jurusan seni, tepatnya seni lukis.

Sekian kisah hari ini, di hari nan dingin di rumah Emak Gue n Babe Aing, pada hari rabu ceria meski dingin : 4 februari 2009. Emak Gue n Babe Aing adalah panggilan cinta dan sayang penuh kasih (meski terkesan nyeleneh. Huehehe...)

2 Comments:

Blogger Fei said...

belajar dari pengalam orang lain adalah bijaksana

2/05/2009 1:31 am  
Blogger duniaputri said...

oh, gitu yah? bisa jadi...
hehehe...

2/08/2009 7:17 pm  

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home