Sunday 31 May 2009

Menemukan Sebagian Kepingan Diri

Yah, baru di cerita terakhir saya mengakui hitam di atas putih (salah nih, harusnya mengakui warna-warni di atas warna-warni secara blog gewe pan Pul-Kaleur hahak...) merasa teralienasi di tanah kelahiran saya sendiri. Ketika, mungkin bulan kemarin saya mengirim SMS pada teman sangat dekat saya, si Perempuan Sendja yang kira-kira isinya seperti ini :
"Gila, gw lagi menikmati kehidupan OppLen gw. Makan rujak, bisa kencan dengan diri sendiri. Dan ngisi bensin. Anjirrr, gw serasa turis di kota sendiri..."

Yah, ketika saya bercerita pada MN (masih tentang MN, yang telah membantu menemukan diri saya yang serupa kabut nebula tanpa bentuk) dia menyemangati saya dengan meminta saya agar tetap optimis dan jangan berhenti bermimpi. Begitu pula, ketika akhirnya saya bercerita pada MN lewat SMS, bahwa saya telah membuat keputusan akan definisi saya terhadap lelakiBAIK. Dengan belagunya, saya mengumpamakannya dalam bahasa Nginggris (sebuah bahasa yang selalu saya citacitakan sebagai I learn English to conquer not to follow) : he is a precious diamond to me, and air for me to breath. MN membalas SMS saya : goodluck then.

Tadi malam, akhirnya saya resmi menjadi anak Gardu, begitu istilah si Kang A nu forget lah about beungeut, nu penting eksotis hehehe (sekaligus OASE saya di kantor - jiji deh, kantor - jika dia berkunjung...)

Menonton sebuah pentas seni : tari tradisional Sekar Keputren, Tari Topeng, melihat pembacaan puisi rendra berjudul Sajak Seonggok Jagung sebagai pembuka terhadap pentas Paduan Suara (dan tarian apa entah yah? ah, saya ini bukan reporter yang baik - memilih perasaan daripada momen dan realitas berita...)

Baru tadi malam, saya mendengar sendiri master piece Rendra yang saya anggap sebagai definisi saya saat ini. Sajak Seonggok Jagung bisa para pembaca klik, sebab saya mencantumkan tautan di dalamnya untuk agar anda sekalian dapat melihat isinya.

Ini, adalah eksekusi puisi yang membuat saya serasa tertampar. Membuat saya ingin menitikkan airmata sejenak, dan saya tahan sebab sedang dalam suasana kemeriahan. Yang membuat saya kalap mendengar komentar tak penting ayah saya si Babe Aing yang sebenarnya saya cintai setengah mampus "itu tempat (Gardu Unik maksudnya) bukannya tempat sisa si Uwak (kakak ipar ibu saya, tidak ada alasan khusus bagi saya untuk mempedulikan anggota keluarga ayah dan ibu saya) yang dibiarin yah?" lengkap dengan tatapan menghina - setidaknya itu yang saya rasakan.
(...) ketika ia pulang ke daerahnya lalu berkata
Di sini aku merasa asing dan sepi!
Seperti kata MN, ada di mana itu tidak penting. Pertanyaannya adalah bersama siapa. Nah, jika sudah begitu, pada akhirnya saya hanya berkata : saya ini hanyalah secercah cahaya dari bintang nun jauh di entah... Sulit, melacak sumber sinar berasal. Aku dan Seonggok Jagung. Juga aku si cermin pemantul cahaya bintang nan jauh. Dan, terbuktilah kata-kata saya dalam SMS pada MF : aku pulang, untuk mengumpulkan kepingan-kepingan diri yang berserakan.

Entah apakah saya terlalu bodoh untuk pulang? Apakah benar bahwa saya tidak bisa lepas dari aktivitas menumpang hidup di rumah orangtua seperti ini? Saya kembali pada mereka, sebab saya mencintai mereka, dan ingin membuktikan apakah benar mencintai itu indah? Rupanya, banyak hal yang membuat mencintai akhirnya menjadi menyakitkan...

Baiklah, saya akan kembali menikmati hidup ini. Menikmati keputusan saya terhadap si lelakiBAIK. Menikmati apapun,,, sebab hidup adalah untuk dirasakan dan proses kehidupan itulah yang mahal dan sulit (ini masih kata MN)
Happiness is in my mind, body, and soul

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home