Monday 8 June 2020

NGUPING

#IbadahMenulis #HariKedelapan ~ cerita #eksperimental edisi #BermainFragmen pola hitungan (jumlah kata) mundur

  
Dunia di Balik Normal (yang katanya) Baru

Ngopi di sini, atau di tempat Bapak itu aja?” tanya seseorang paruh baya pada sesama paruh baya lain di sebelahnya.
Mereka masih di posisinya masing-masing, berdiri bersebelahan. Keduanya sama-sama menggendong ransel besar di punggungnya, dan sama-sama mengenakan masker non medis. Itu, lho. Masker yang dapat dicuci.
Sejenak, keduanya terdiam. Sebelum akhirnya bergeser ke kursi-kursi di lorong-lorong antar rel yang bertuliskan “Smoking Area”.
Masker yang menutupi mulut bergeser hingga menyangkut di dagu.
“Iya, penat betul.” Salah seorang di antara mereka memecah keheningan.
“Penat itu kalau kau gak pegang uang.” sahut satunya menimpali.
“Telepon dulu saja, Bapak itu. Nanti payah kita dibuatnya kalau ternyata tempat Bapak itu tutup.”
“Apa kita di sini saja, dalam stasiun sini. Gak perlunya kita keluar. Tunggu besok ada matahari, langsung ke kantor saja.”
Salah seorang dari mereka celingukan.
“Sepi kali di sini. Macam di kuburan gini.” sahutnya sambil masih celingukan. Ketika mata kami saling bertemu, dia menggerakkan kepalanya. Memberi gestur menyapa. Kubalas dengan gestur menyapa yang sama.
“Sudah jam sebelas gini, mana gak sepi.”
“Iya juga. Bukan karena korona saja rupanya.”
Keduanya berlalu. Dan aku tetap di sana.

--- 200 kata ---


Dunia di Balik Internet

“Eh, kirain siapa…” sapanya seraya membuka pintu lebar-lebar.
Dua orang pria paruh baya menganggukkan kepala mereka masing-masing. Masker kain masih menutupi mulut dan hidung.
“Bapak masih ya, Pak. Terima yang nginap di sini.” sahut salah satunya sambil melepaskan masker dan menaruhnya di kantong celana panjang kain yang dia kenakan.
“Kan, apa kubilang. Langsung saja ke tempat Bapak. Ya Pak ya!”
Sambil tertawa, yang dipanggil Bapak membalas, “Ya, kan katanya demi keamanan dan kesehatan bareng-bareng. Kita sih, nurut aja deh. Syukur, kalau pada sehat-sehat semuanya sih.”
“Kami ada Rapid Test dulu, Pak. Sebelum ke sini. Ya, kan?”
“Betul, Pak. Bapak mau lihat hasil tes kami itu, Pak?”
Sang Bapak hanya menoleh sambil tersenyum, lalu berkata, “Percaya. Kan semua aturan itu sudah saya lihat-lihat di internet. Banyak itu beritanya.”
Mereka masih mengobrol saat aku menyelinap pergi.

--- 150 kata ---


Dunia di Balik Kemarahan Publik

“Sudah di sini rupanya.”
“Subuh tadi sampainya. Diam saja di stasiun.”
Gak jadi kau pergi yang waktu itu.”
“Iya. Batal. Sekarang mau kasih hasil Rapid Test, bisa langsung lanjut kabarnya.”
“Kau ingat waktu kapal yang ke Norwegia?”
Yang ditanya mendongakkan kepalanya, seiring orang-orang lain bermunculan.
“Kursi-kursinya ditempeli pengumuman gini.”
“Agar gak berkerumun orang-orang, kita-kita.”
“Payah-payah sekolah jadi dokter. Ada wabah begini, rame betul Facebook ini kutengok.”
“Iya. Macam aku ini, bisa memasak saja buat kerja.”
Mereka asyik bernostalgia. Aku asyik berdiam diri.

--- 100 kata ---

  
= = = Ruang Gelap Asumsimu --- Senin, 8 Juni 2020 = = =

  
Bacaan Bonus:

Labels: , , ,

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home