Jangan Suu’ Dzhan dengan Pemerintah dong !!!
Ceritanya ini hari, sabtu 17 maret 2007 gue ikutan seminar berjudul ”Pameran dan Seminar Pers Nasional 2007”. Pembicaranya keren-keren walaupun gue kagak kenal. Sebagai anak ilmu sayap kiri alias eksakta (kalau di kampus UNPAD, wajar wilayah kampus eksakta itu gue sebut jalur ”sayap kiri” karena secara struktur letak kampus kimia gue – dari depan gerbang BUKAN PANGDAM – berada di sebelah kiri), gue engga gaul sama para pembicara itu. Entah karena gue buta berita dan politik serta APATIS terhadap kondisi negeri tercinta.
Inti dari pembicaraan yang gue tangkap adalah pers berperan dalam fungsi sebagai kontrol pemerintahan. Itu dari para pembicara yang bergiat di dunia pers dan para jurnalis entah yang gue engga ngerti. Sedangkan pembicara dari pemerintahan sendiri Bapak Suripto, SH juga ada. Nah, inti yang gue tangkap dari pembicaraan bapak yang bekerja sebagai Anggota Komisi I DPR RI itulah yang gue jadikan judul. Tulisan ini juga sekaligus untuk menjawab pertanyaan retoris dalam tulisan gue sendiri yang ceritanya gue kirim ke media online. Gue rasa entah juga tulisan gue dimuat apa kagak. Kurang meaning gue rasa. Judul tulisan gue adalah ”Pemerintah NGAPAIN AJA? )*”
Media partner dari acara itu salah satunya dari koran TEMPO. Para peserta dapat jatah koran gratis gitu. Dari Koran TEMPO lah tentu. Di halaman A7 ada tulisan dengan judul ”Biaya Outbond Dewan Rp 1,2 Milyar” dan kalimat pembukanya itu berbunyi ”Cara legal mengisap dan menghabiskan uang rakyat.” dan intisari bacaan yang gue tangkap adalah TERANG AJA SEMUA PADA PENGEN JADI POLITISI DAN PEJABAT, duitnya kenceng bo?! Tapi tetap saja, siapa yang bunyi nyaring tetapi tidak berisi pada akhirnya cuma menjadi sampah kaleng kosong yang mengalami korosi. Tau engga korosi? KARAT. Karena gue akui sebagai mahasiswa yang BUTA POLITIK DAN CUMA TAU HURA-HURA, gue engga ngerti kenapa semua mempermasalahkan hal yang itu-itu aja. Engga pers yang katanya mengontrol, engga pula pemerintah yang menjalankan negara, semua pada berantem gue rasa.
Dan kata Bu Dyah salah satu pembicara yang lain dalam seminar itu (ini dalam rangkaian acara pada sesi kedua), para konsumen yang membaca atau menonton suatu media harusnya bisa menjadi cerdas dalam menanggapi dan menyikapi segala informasi yang tersedia. Dan gue jadi mikir sendiri ”sebenernya gue sebagai konsumen yang engga cerdas – karena memang gue engga pinter, kuliah saat ini memasuki usia 5 tahun dan IPK masih di bawah 2,75 – atau memang media massa dan orang-orang lain yang kelewat pinter?”.
Dalam seminar itu, ada pembicara yang mengatakan bahwa seharusnya hak perlindungan terhadap para konsumen yang tidak bisa melindungi dirinya sendiri tetap ada. Si pembicara adalah Danrivanto B. dari AJI (Aliansi Jurnalis Independen – kalau tidak salah begitu singkatannya?). Contoh sederhana adalah di luar negeri anak di bawah umur BENAR-BENAR tidak bisa mendapatkan minuman alkohol dan bacaan semacam majalah Playboy. Tidak seperti di Indonesia yang ternyata sudah jadi negara peringkat ke 6 di bidang pornografi. Padahal mayoritas masyarakat Indonesia beragama Islam dan katanya menjunjung tinggi norma dan adat ketimuran.
Nah, sekali lagi ini ada bunyi nah! Berarti benar, gue memang TIDAK CERDAS. Sebab gue juga engga ngerti kenapa??? Gue hanyalah mahasiswa kupu-kupu yang gemar hura-hura, maksudnya kupu-kupu yaitu Kuliah Pulang Kuliah Pulang dan diselingi kegiatan hura-hura yang sifatnya menghilangkan stress yang menggila dikejar target menjadi sarjana Kimia. Gue pernah bikin tulisan pada 14 Maret 2007 yang sebenarnya memuat kekhawatiran pribadi tentang dunia kerja setelah gue lulus. Dengan fakta bahwa gue TIDAK PINTAR. Judul tulisan gue adalah ”PNS, Guru, dan Pem-Red Playboy VS Moral ??? Please deh?! Kerja apa dong gue?” )** dan seperti biasa gue kirim juga via email. Dan naga-naganya nih yee, tulisan aye kagak dimuat noh? Kagak ape-ape dah!
Jadi sebenarnya apa yang gue pikirin sebenernya nyampe juga dan bahkan kepikiran juga sebenarnya dengan orang-orang besar di atas gue itu. Cuma sialnya gue kan HANYA RAKYAT BIASA. Kadang engga penting juga kan omongan rakyat jelata itu? Mangkannya, maka dari itu oleh sebab itu karenanya, Jangan Suu’ Dzhan dengan Pemerintah dong !!! yang dipikirkan pemerintah itu banyak dan kompleks. Sedangkan rakyat jelata semacam gue ini ya engga banyak-banyak amat dan engga kompleks-kompleks amat.
Dua tulisan terdahulu gue yaitu di )* dan )** akhirnya gue muat di blog pribadi gue. Bisa dibaca di situs www.duniaputri.blogspot.com atau cek ke www.putri-indonesia.blogs.friendster.com sekalian bisa berkomentar langsung.
Jadi apa yang bisa disimpulkan dengan tulisan gue adalah semua saling terkait seperti suatu ekosistem. Dan sebaiknya simbiosis yang terjadi adalah mutualisme, yaitu saling menguntungkan. Antara pemerintah dan orang-orang pers, serta para konsumen yaitu pembaca dan pendengar dan penonton.
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home