Sunday, 19 August 2007

A Letter to Si_WaremZ

Assalamu 'alakum Waremz, apa kabar sobat dan rivalku yang satu ini?
Saya rindu bercerita denganmu.
WaremZ! 'Mereka bilang, saya monyet!)1' padahal, saya pikir mereka-lah yang monyet. Atau mungkin saya menjadi monyet karena hasil penyeragaman? Efek dari sebuah kebersamaan?
'Di Indonesia ada kultur kekeluargaan ... ... ... Kalau dikritik mereka akan mempertanyakan kredibilitas kritikusnya, apakah dia sudah layak mengkritik. padahal tak ada kriteria apapun untuk menjadi kritikus. Kritik itu sangat mudah asal kita tahu banyak informasi dan harmonisasi hidup, maka kita bisa membuka mata dan melihat mana yang tidak harmonis dan yang tidak sesuai dengan informasi.')2
Berkomentar itu memang mudah, tapi memberikan komentar yang membangun, itu masalahnya. Komentar, jika saya boleh menghaluskan kata mengkritik.
Toh usia bicara. Yang tua baru boleh bicara)3. Betapa feodalnya pemikiran seperti itu?
Sudah pernah membaca Simfoni Bulan? Karangan Feby Indirani, penerbit Mediakita. Intinya tentang seorang jurnalis yang ingin membuat novel tentang pelacur dan memutuskan untuk mengalami sendiri rasa menjadi pelacur. Saya pikir tokoh Bulan itu lupa ada kata "observasi". Sedangkan untuk kata pelacur itu sendiri, saya rasa banyak orang menjadi "pelacur" haree begenee. Dengan menjual harga diri dan pemikirannya. Atau, lagi-lagi mungkin, kita semua pelacur dengan cara kita masing-masing.
Ah, sudahlah. Tak penting itu. Saya akan tegaskan moral-cerita dari surat ini WaremZ. Bahwa menjadi diri sendiri meskipun saya akui agak sulit, adalah pilihan saya sendiri. Saya akan membiarkan "anjing-anjing" di luar sana menggonggong, dan saya tetap berlalu karena saya BUKAN anjing. Kecuali jika ada masukan berupa komentar dan KRITIK yang memang memberi ide segar, dan bukannya malah menjatuhkan dan membunuh perlahan.
Oia, ada lagi. Gara-gara baca buku J.P.V.F.K (Jakarta-Paris via French Kiss) dan bahkan buku sebelumnya Lontong Sayur dalam Lembaran Fashion (L.S.D.L.F.), saya kira tidak akan pernah ada pekerjaan yang aman resiko. Menjadi seorang wartawan fashion seharusnya sama menderita dan membosankannya dengan menjadi seorang Q.C quality-control atau teknisi-laboratorium semacamnya. Tapi, itu bergantung pilihan masing-masing dengan apa yang akan dilakukan dengan hidupnya bukan.
Menurut kamu?
Ah, kawan. Saya akan benar-benar menyudahi surat ini.
Selamat berjuang.

Dari saya - sahabat&rival.


PS :

)1 sebuah kumpulan cerpen mbak djenar maesa ayu
Lebih jauh, dalam ulasan Sutardji Calzoum Bachri tentang cerpen-cerpen mbak djenar, di dalam CerPen 'Mereka Bilang, Saya Monyet!', orang-orang munafik digambarkan sebagai hewan-hewan aneh.
)2 dikutip dari novel Syahmedi Dean berjudul Jakarta-Paris via French Kiss
)3 bukankah ini iklan salah satu merk rokok? hehe

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home