Tuesday 9 June 2020

Akibat Hai Sekali Rusak MOVE-ON Sebelanga

#MenulisDiSepanjangBulanJuni #HariKesembilan ~ #eksperimental di tatanan isi
sebwa Dongeng (tentang) Cinta dan Plastik


“Umumnya, orang langsung teringat plastik bila mendengar kata polimer.
Padahal, plastik itu sendiri… sejarahnya duluuuuuuu itu, awalnya dikembangkan dari selulosa. Selulosa, ya organik. Bukan sintesis, bukan buatan. Alami. Masih ingat selulosa?”
Tanpa menunggu jawaban, kulanjutkan pertanyaan yang memang diniatkan untuk menjadi pertanyaan retorik itu.
“Benar. Selulosa itu ya bahan yang berasal dari tanam-tanaman, tumbuh-tumbuhan. Itu nanti bisa kita teruskan di kimia organik.”
Sejenak aku terdiam, hingga akhirnya celetukan spontanku muncul, “Tapi kan, bukan saya yang mengajar. Kimia organik.”
“POLIMER LAGI YA.” seruku mengembalikan jalur.
“Ini kita mau pelajari polimer dulu.”
Kugerakkan kursor ke slide Power Point.
“Polimer itu apa sih? Apa hubungannya dengan poligami? ENGGAK ADA HUBUNGANNYA.”
“POLIMER…” ucapku dengan volume suara lebih kuat, seraya mengarahkan kursor ke teks bertuliskan:

“POLIMER.
Senyawa yang besar. yang terbentuk dari
hasil penggabungan sejumlah (banyak) unit-unit molekul yang kecil.
Unit molekul kecil pembentuknya disebut monomer.
Singkatnya, senyawa polimer terdiri dari banyak monomer.”

Perkuliahan daring ini sepertinya terdengar monoton. Gawat, ini.
Namun, aku kembali mengoceh.
“Monomer-monomer penyusunnya itu sendiri, tak hanya satu jenis. Bisa pula beberapa jenis.”
Kutampilkan contoh-contoh polimer yang sudah kusiapkan untuk perkuliahan kali ini, sebelum akhirnya mengoceh lagi.
“Plastik itu sendiri, adalah produk dari polimer sintetis. Karena sintesis, maka tak dapat diuraikan oleh mikroorganisme. Polimer sintesis, tak boleh dibakar karena dapat membahayakan lingkungan hidup kita. Itu sebabnya, persoalan sampah-sampah plastik menjadi rumit karena membakarnya justru menimbulkan masalah lanjutan. Kenapa? Karena bila polimer sintetis dibakar, maka dari pembakaran tersebut akan hadir senyawa dioksin. Dan ini, biang onarnya. Karena, senyawa dioksin ini merupakan suatu senyawa gas yang sangat beracun dan bersifat karsinogenik alias dapat menyebabkan kanker. Kalian masih ingat pembahasan karsinogenik?”
Pertanyan retorik dariku tak mendapat respons berarti.
“Sekarang kalian bayangkan. Monomer-monomer itu, misalnya pacarmu yang ternyata menyukai temanmu. Atau mantanmu yang kembali menyapa, saat kamu sudah dekat dengan yang lain. Lalu, orang tua pacarmu ternyata teman satu sekolah orang tua mantanmu. Selain itu, ada teman yang diam-diam menikung. Ada juga yang ‘kamu terlalu baik buat aku’. Dan mungkin ada yang hanya teman setelah semua perjuangan sepanjang jalan kenangan. …”
Tanpa kusadari, aku mencerocos dengan analogi sekenanya.
Kulihat ada perbedaan di  sebagian besar mahasiswa; mulai terlihat antusias!
“Kenapa kalian?” tanyaku merusak antusiasme mereka.
Dengung lebah, eeeehhh mahasiswa, mulai berhamburan. Mungkin mereka sudah mulai menerima pencerahan batin.
“Sudah, sudah. Kalian jangan baper dan merasa menjadi monomer, ya!” seruku sambil menahan senyuman.
Kutampilkan kembali isi slide yang contoh-contoh polimer.
“Ini vinil klorida.”
Yaaaaah, Pak. Daleeeeeeuuuuuum.”
“Ini polivinil klorida.”
“Bapak bikin gagal move on, nih!”
“Ini urea, dan ini formaldehid.”
Trus trus trus, gimana Pak???”
Gimana apanya?” sahutku seraya melanjutkan, “Stirofoam itu, masih satu keluarga dengan plastik. Atau jangan-jangan, hanya besanan?”
“BAPAK, TOLOOOOONG.”
Latar suara tawa beberapa mahasiswa menembus ruang kelas digital, mewarnai aktivitas kuliah dari rumah.
“Adisi, kondensasi. Juga klasifikasi berdasarkan asal polimer. Kalau jauh-jauhan asalnya nanti jadi LDR…”
”Persoalan, Paaaaaak!”
“Bisa pula berdasarkan monomer. Mirip-mirip lah, seperti persyaratan bibit, bebet, dan bobot’…”
“Pelik banget, Paaaaak!”
“INGAT, INI KITA ADA DI KIMIA FISIK YA. JANGAN INGAT MANTAN TERUS EH MAKSUDNYA JANGAN KEASYIKAN LIHAT-LIHAT STRUKTUR MOLEKUL.”
“Bapak ingat mantan? Sama dong Pak, saya juga.”
“Kita ini, hidup dikelilingi plastik. Banyak hewan mati, juga karena plastik. Sungguh kejam.” ujarku ketika kursor sampai di tampilan beberapa struktur polimer plastik.”
“Tikungan tajam, Paaaaak. Ditikung itu kejaaaaam!”
“Kadang saya bingung, mana yang lebih kompleks. Struktur polimer, struktur protein, atau cinta.”
“Bapaaaaaak, aku boleh jatuh cinta ama Bapak gaaaaak?”
“MEMANGNYA SAYA MAU SAMA KAMU?” sahutku dengan ekspresi wajah tegas.
“Gawat ini, Pak! Bahaya…”
“YANG BAHAYA ITU KALAU KALIAN MEMBAKAR SAMPAH PLASTIK.”
Demikianlah sebagian daripada iman. Eh, maksudnya, sebagian daripada respons para peserta perkuliahan hari ini.
“Membakar sampah plastik hanya menghilangkan pemandangan sampah. Visualnya saja. Namun, persoalan yang jauh lebih membahayakan, justru menanti.”
Seperti terlihat bukan?
Eksposur contoh-contoh polimer di tampilan materi disambut dengan curhatan.
Yah, biarlah.
Sejenak, kubiarkan mereka berdengung ramai. Semoga antusiasme awal mereka memudahkan mereka dalam menyerap pembelajaran kali ini.
Jadi, kalau kamu adalah dosen yang hanya terpaut… sepuluh tahun, setidaknya… dengan mahasiswamu, dan kamu belum menikah, akibatnya bisa seperti ini. Lumayan merepotkan.
“SUDAH YA, TENGGELAM DALAM GENANGANNYA. KITA BAHAS POLIMER LAGI.”
Kali ini, aku meninggikan suaraku.
“Kalau kalian lihat di media sosial, pergerakan untuk membangkitkan kesadaran akan perlakuan kita terhadap sampah plastik, ya sebenarnya karena ini. Karena polimer, tepatnya polimer sintetis.”
Perkuliah daring sudah kembali ke jalan yang benar, alih-alih contoh-contoh monomer pemecah suasana.
“Persoalan hidup ini seharusnya bukan hanya tentang cinta, tetapi juga tentang polimer sintetis.” ucapku dengan penekanan pada bagian polimer dan sintetis.
Beberapa seruan antusiasme awal yang tersisa kembali membuncah.
Tak terasa perkuliahan 3 SKS ini selesai sudah, lengkap dengan beberapa kuis dan mukadimah menuju hitung-hitungan yang menanti di baliknya.
Sebenarnya, mata kuliah ini hanya 2 SKS saja. Namun, sudah sejak sebulan lalu aku telah melakukan kesepakatan dengan perwakilan para peserta kuliah. Di tanggal 20 Juni nanti, aku mau ada webinar nasional; di mana aku sudah ditunjuk sebagai salah satu perwakilan untuk memberi materi.

*   *   *

Webinar nasional berjalan lancar, tanpa kendala sinyal pun kendala lain-lainnya. Institusi tempatku bekerja, berhasil menjadi penyelenggara acara, lagi.
Hanya saja, ada satu kendala yang tak kunjung padam.
Oh, itu dian ya. Dian yang tak kunjung padam.
Satu yang telah pergi, karena kasih di antara kami terhalang perbedaan tuhan. Padahal, konon katanya, tuhan itu satu. Kita yang tak sama.
You sing, you lose.
Sebermulanya adalah pesan WhatsApp.
Hai… 19.21
Ya, siapa ini? 20.02
[kiriman foto wajah] 21.12
[mengunduh kiriman gambar] 21.21
Dia.
Haruskah tuhan yang kupersalahkan, bila rasa ini tak dapat kami lanjutkan.
Apa kabarmu? 21.23




[ 1000 kata, layaknya tugas mata kuliah --- sesuai perhitungan Word Count ]


=== Di Sudut Kenangan Tentangmu,
Selasa 09-06-2020 ===



BONUS:

Yang mau karioke karokoe: Peri Cintaku - Marcell.


Sedikit Kuis (tentang) Polimer,


Sedikit tentang JENIS POLIMER.

Labels: , , ,

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home