Friday 12 June 2020

Malam dalam Imajinasi

Ibadah Menulis edisi kesebelas ~ bercerita sih yang kesepuluh.

Beberapa Cerita (Super) Pendek dalam naungan tema “MALAM”



Menemui Ibu 

Seharian ini Rhea merasa gelisah sehingga tak konsentrasi bekerja. Bahkan hingga tiba saatnya pulang, dia merasa ada yang salah. Akhirnya, dia memutuskan untuk pergi menemui ibunya. Sesampainya di tujuan, disadarinya bahwa dia ternyata masih bisa merasa takut. “Bu…. Ibu tidak akan bangun… untuk menyapaku… seperti di film-film horor itu, kan?” ucapnya lirih sambil menyempatkan diri untuk celingukan.


Tersadarkan

Malam itu seperti malam-malam lainnya. Sepi. Dia terdiam memandang bulan yang rupanya sedang purnama. Hingga beberapa saat kemudian. “Halo, cantik. Sendirian aja, nih… malem-malem. Ga takut ada yang nyulik?” sapa beberapa pria muda yang lewat. Yang disapa menoleh, dan mengamati mereka satu demi satu. Pria-pria muda itu semakin liar menatapnya. “Mon maap, nih. Sekadar mengingatkan saja. Apakah kaki saya menapak tanah?” tanyanya tenang yang berbalas teriakan-teriakan kaget sambil mulai berlari berhamburan.


Di Kala Ketiduran

Fina terbangun dari tidurnya. Diraihnya ponsel yang ikut tertidur di dekat kepalanya. Ada notifikasi pesan muncul, “Fin… lagi ngapain?” Sambil menghela napas mencoba mengumpulkan nyawa, dia mengetik balasan, “Lagi nggali kubur ehhhh menggali hatimuuuu.” Selang beberapa menit, ada balasan pesan masuk. “Jangan suka godain suami orang, ya!” Kaget sejenak, dia dibuatnya. Sambil mengerjapkan mata, dia melihat nama yang mengiriminya pesan: Ardi Creative Dept. BUKAN ADI CONGOR, DOOOONG. Gak bener-bener ini. Dia merasa bahwa keadilan harus ditegakkan, dengan cara merespons balasan pesan mengejutkan tadi. “Mon maap, nih. Sekadar mengingatkan saja. Piaraan Kakak yang kirim pesan duluan. Perlu bukti? Segera saya siapkan.”


Lelah 

Sepasang mata milik makhluk mungil yang digendongnya terlihat ramah, walau sesaat sebelumnya sempat menangis. Beberapa kali makhluk mungil itu mengerjapkan matanya dengan lucu. Namun yang menggendongnya sedari tadi hanya membalas dengan tatapan dingin. Rintik bunyi gerimis menembus malam yang sepi. Sambil meletakkan makhluk mungil menggemaskan dari dekapannya ke tempat, diraihnya sebuah bantal untuk menutupi keseluruhan wajahnya. Fragmen-fragmen ingatan melintas dalam benaknya. Hanya rasa sakit, tak ada yang lain.


Katanya 

“Jangan chatting kalau sudah di atas jam sebelas. Nanti ada yang horor membalas.” ucapnya untuk kesekian kalinya dengan senyum khasnya. Senyum khas yang memesona dan membuatku luluh. Malam ini aku tiba-tiba penasaran dengan ucapannya itu. Rasa penasaranku terjawab sudah. “Maaf, ini siapa ya? Ini dengan istrinya.” Sial. Bisa-bisanya gak kepikiran. Segera kuhapus nomornya, sambil blokir tentu saja. Pantang aku melawan buku surat nikah.



=== Dalam Sunyi Harimu, 11 Juni 2020 ===

Labels: , , , ,

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home